[#JuliNgeblog #Day12] Pulang
Kalau waktu itu saya ndak nekat, mungkin sekarang saya lagi setrika baju. Mungkin juga anak saya rewel lalu saya tergopoh-gopoh masuk ke kamar, nyusuin sambil meninabobokkan sampai si bayi tertidur kembali.
Kalau waktu itu saya ndak nekat, ndak mungkin lah sekarang saya sedang ketak-ketik nulis ina-inu di laptop tua yang udah ketinggalan jaman ini, sambil minum kopi dan ketawa haha hihi.
Kalau waktu itu saya ndak nekat, mungkin anak saya udah dua. Mungkin sesekali saya keingetan sama situ. Mungkin sesekali saya ngintip fesbukmu yang penuh dengan poto-poto mesramu dengan istri dan anakmu. Lalu, mungkin saya menyesal.
Kadang-kadang memang harus nekat ya. Tapi ya harus dengan perhitungan sih. Jangan sampai nekat trus kepleset, jatuh, kesleo dan gak bisa jalan lagi.
Untung waktu itu saya nekat. Kepleset dikit tapi trus bangun lagi. Kemudian sadar kalo saya harus punya keberanian untuk memilih jalan hidup saya sendiri. Yang benar-benar saya mau. Yang benar-benar saya inginkan. Saya cuma mau hidup sama laki-laki pintar yang kadang norak. Yang bisa membuat saya tertawa gak berhenti cuma karena dia memakai celana mirip Jojon. Yang bisa ndongengin saya soal hal kecil seperti cara kerja kereta api. Yang bisa ngeyel tentang suatu hal lalu rame ngomongin ini dan itu semalaman. Kemudian capek ketiduran.
Untung waktu itu saya sadar. Walaupun jalan menuju kita memang kadang terasa sulit tapi saya tau, bahumu adalah tempat saya pulang. Yang selalu saya rindui. Sampai saat ini.
Terimakasih telah datang di waktu yang tepat. Tanpa rencana. Tanpa tanda-tanda. Semuanya pas.
Ratmi, 2013.